Air Terjun Dago, Wisata Alam dan Situs Bersejarah

Posted on

Air terjun Dago merupakan salah satu wisata alam yang terletak di kawasan Dago, Bandung, Jawa Barat. Air terjun ini terletak di ketinggian sekitar 30 meter dan dikelilingi oleh hamparan hutan hijau yang lebat. Tak heran, jika Dago memiliki suasana yang asri dan menenangkan.

Sebagai salah satu destinasi wisata alam, Dago menarik perhatian para wisatawan. Terutama para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan mengabadikannya melalui foto dan video.

Air Terjun Dago, Wisata Alam dan Situs Bersejarah
Instagram @infobandungkota

Sejarah Air Terjun Dago

Dago terbentuk dari letusan Gunung Tangkuban Perahu dan memiliki dua ceruk hasil erosi aliran sungai. Air terjun ini juga menyimpan jejak sejarah penting Kerajaan Thailand.

Di sekitar lokasi, terdapat dua prasasti batu beraksara Thailand yang diyakini merupakan peninggalan Raja Rama V (Chulalongkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok) dari Dinasti Chakri pada abad ke-18. Karena nilai sejarahnya, tempat ini sering dikunjungi wisatawan Thailand, terutama saat Hari Raya Waisak.

Daya Tarik Air Terjun Dago

Dago menawarkan udara sejuk dan panorama yang memanjakan mata. Letaknya yang jauh dari pemukiman warga membuat suasana semakin alami.

Selain menjadi tempat wisata, lokasi ini juga cocok untuk trekking karena memiliki medan yang cukup menantang. Wisatawan juga bisa bersepeda atau hanya sekedar bermain air.

Selain keindahan alamnya, Curug Dago memiliki berbagai peninggalan sejarah. Melansir dari akun Instagram @anti_leumpunk_club, ada lima peninggalan sejarah di Dagon yang cukup terkenal, yakni prasasti Dagon, batu tulis, punden berundak, makan kuno, hingga batu-batu peninggalan.

Prasasti Dago berasal dari abad ke-15. Prasasti ini berisi tulisan dalam bahasa Sunda Kuno yang menggambarkan sejarah dan budaya Sunda.

Kemudian, ada beberapa batu di sekitar air terjun memiliki tulisan atau gambar yang diperkirakan berasal dari zaman kolonial. Dago menyimpan punden berundak, situs arkeologi yang diperkirakan berasal dari zaman prasejarah, terdiri dari batu-batu dan keramik.

Terdapat beberapa makam kuno yang kemungkinan berasal dari era kolonial atau sebelumnya. Batu-batu peninggalan di air terjun Dago Batu memiliki bentuk unik yang diyakini berasal dari zaman prasejarah. Peninggalan-peninggalan ini menunjukkan bahwa Dago bukan hanya destinasi wisata alam, tetapi juga situs bersejarah yang menarik untuk dipelajari.

Jam Operasional dan Tiket Masuk

Dago masih tergolong sepi pengunjung karena akses yang cukup sulit dan kurang terawat. Namun, bagi yang suka petualangan, perjalanan ke Dago akan sepadan dengan keindahannya.

Jam operasional Dago buka setiap hari, dari pukul 08.00-17.00 WIB. Untuk harga tiketnya sangat terjangkau, yakni Rp 5.000.

Rute Menuju Air Terjun Dago

Untuk mencapai Dago, wisatawan harus menempuh jarak sekitar 4,8 kilometer dari pusat Kota Bandung. Ada dua jalur utama yang dapat digunakan, yaitu melalui Monday Coffee House atau PLTA Dago.

Jika memilih jalur melalui Monday Coffee House, perjalanan akan lebih singkat, tetapi medan yang ditempuh cukup curam. Sebaliknya, jalur melalui PLTA Dago lebih jauh, tetapi medannya landai dan nyaman untuk dilalui.

Bagi yang menyukai trekking, jalur melalui Monday Coffee House bisa menjadi tantangan menarik. Sementara itu, jalur PLTA Dago direkomendasikan bagi pesepeda karena kondisi jalannya yang lebih stabil.

Wisatawan dapat mencapai Air Terjun Dago dengan kendaraan pribadi atau umum. Jaraknya sekitar 10 km dari pusat Kota Bandung dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Namun, sebelum berkunjung, disarankan untuk memeriksa kondisi cuaca dan informasi terbaru, karena air terjun ini dapat ditutup sementara saat cuaca buruk atau kondisi berbahaya. /endah